PONDOK PESANTREN AL-QODIRI 1 JEMBER

LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PESANTREN

Ketik Kata Kunci

BODOHKU MENJADI BERKAHKU

Minggu, 11 Oktober 2015, Minggu, Oktober 11, 2015 WIB Last Updated 2021-08-10T23:14:40Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dengan pengalaman, kita bisa menjadi lebih dewasa dan mengambil hikmah dalam menghadapi setiap dilematika hidup. Tak ubahnya seperti diriku. Berkat pengalaman yang aku dapatkan semasa menimba ilmu di BEC, Alhamdulillah aku kini berada dalam ruang dan sebuah kesempatan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah aku bayangkan.
Aku bernama lengkap Fikri Farikhin dan asli Tulungangung, Jawa Timur. Aku adalah alumni BEC TC 90 dan MS 24. Mungkin para guru, rekan se-alumni di BEC sudah jarang sekali yang mengingat aku. Mulai masuk BEC aku memang tergolong siswa yang serba datar. Artinya tidak ada hal yang menonjol terlebih bisa dibanggakan tentang sebuah raihan dan torehan prestasi. Bahkan harus jujur saya akui, selama di BEC di setiap level apapun (BTC-CTC – TC – MS) aku termasuk murid yang sering berlangganan mendapatkan peringkat nilai golongan bawah.
Dengan keadaan itu, tidak heran bila dalam perjalanan menimba ilmuku selama di BEC, seorang Fikri Farikhin dimata seorang guru dan teman, memang seakan tidak dikenal. Keadaan itu, harus jujur aku akui sama sekali  tidak membuat diriku merasa dikucilkan atau bahkan terpinggirkan.  Hal itu malah membuatku lebih bersemangat dalam meraih sebuah asa.

Walau sangat miskin prestasi, ada satu hal yang membuatku bisa tetap semangat belajar di BEC, yaitu tentang sebuah aplikasi kedisiplinan dan petuah-petuah bijak dari Mr Kalend. Pasca keluar dari BEC, saya baru menyadari bahwa ternyata kedisiplinan dan istiqomah itu sangat penting sebagai modal utama dalam upaya meraih sukses.
Sembari berbagi sedikit tentang sebuah kilas balik, sewaktu duduk di bangku TC (TC 90), aku langganan mendapatkan nilai C terakhir (C 24). Dan ketika masuk MS, aku juga termasuk siswa  dengan predikat prestasi buncit (bodoh). Waktu itu, saya tidak pernah bisa memahami materi di MS (hal ini bisa dicek ke Mr Tata). Namun lagi-lagi, semua itu tidak menjadikan saya patah semangat. Sebab saya selalu ingat dawuhnya Mr Kalend. Pada  suatu event yang ada di BEC, beliau (Mr Kalend) dawuh, “kunci dari semua sesuatu itu adalah istiqomah dan kedisiplinan”.

Itulah satu motivasi yang saya ambil dari beliau dan saya amalkan. Jadi, ketika itu, meski saya sulit memahami sebuah materi, saya tetap enjoy saja. Yang penting saya sudah berusaha semaksimal mungkin, dan saya sudah melakukan disiplin. Sebagai contoh disiplin yang saya lakukan adalah, selalu masuk setiap program, baju dimasukkan, mengerjakan semua tugas dari BEC, tepat waktu masukknya (tidak pernah terlambat).
Dan ternyata itu membuahkan hasil. Saya tidak paham, dan kenapa semua ini bisa bisa terjadi. Jadi, ketika di BEC, materi BTC, CTC, TC, MS, saya kurang memahami.  Tapi ternyata setelah saya keluar dari BEC, Subhanallah, 80% saya tiba-tiba menjadi bisa memahaminya.

Mungkin inilah buah dari kedisiplinan. Saya percaya, Mr Kalend telah mengaplikasikan tentang “al-istiqaamatu khair min alfi karamah”,  istiqamah itu lebih bagus daripada seribu karamah. Dan kemudian, yang saya sangat kagumi di BEC ini adalah guru-gurunya yang juga disiplin. Tidak hanya muridnya yang disuruh disiplin, tapi gurunya juga. Selama saya kursus di BEC, dari awal hingga tamat MS, meski paling bodoh, saya belum pernah sekalipun menjumpai gurunya absen, dan juga terlihat datang terlambat.

Ada satu hal lagi yang sangat menyentuh hati saya, tentang dawuhnya Mr Kalend yang diungkapkan dalam sebuah event. Beliau dawuh seperti ini, “kemarin ada guru-guru luar yang studi banding kesini. Mereka bertanya pada saya, apa rahasianya (murid-murid BEC) bisa cepat pandai bahasa Inggris? Lalu saya jawab, karena saya sebagai gurunya mau mendoakan murid-murid saya.”

Cerita itulah yang hingga kini selalu tertanam di hati saya. Di jember saya mengamalkan ilmu dari beliau, yaitu, disiplin dan mau mendoakan murid. Ya pasca dari BEC saya berkesempatan menjadi pengajar sekaligus nyantri di Ponpes Al Qodiri, Jember, Jawa Timur. Saya di sini punya banyak murid yang mungkin masih bisa dikatakan bodoh menurut orang lain. Namun saya tidak peduli dengan hal itu. Kendati mereka bodoh, saya yakin dengan dengan kedisiplinan, suatu hari nanti dia bisa jadi orang pintar.

Kenapa saya meyakini hal itu? Karena saya pernah merasakan hal itu. Saya dulu termasuk orang bodoh, tak paham sama sekali bahasa Inggris. Namun dengan modal disiplin, ketika saya sudah keluar dari BEC, Alhamdulillah ilmu yang saya pelajari di BEC, saya bisa menguasainya.
Saya juga amalkan dari dawuhnya Mr Kalend. Setiap selesai shalat lima waktu, saya pasti sempatkan kirim doa kepada murid-murid saya agar mereka diberi kemudahan di dalam memahami materi bahasa Inggris. Sebagai hasilnya, Alhamdulillah 80% berhasil.

Semua ini adalah ilmu dari BEC dan Mr Kalend. Terima kasih BEC. Terima kasih Mr kalend. Saya tidak bisa membalas apa-apa. Saya hanya bisa mendoakan agar kelak BEC dan Mr Kalend mendapatkan balasan dari Alllah yang berlipat-lipat.  Amin.

Fikri Farikhin
Komentar

Tampilkan

Terkini

Followers