masukkan script iklan disini
Oleh :
Abu Tholib
[Alumnus PP Al-Qodiri 1 Jember & Pendiri dan direktur English Camp of Al-Qodiri Cabang 3]
“Kemuliaan bukan diperoleh dari keturunan, akan tetapi diperoleh melalui jerih payah [diri sendiri]”
(KH. Achmad Muzakki Syah: Pendiri dan Pengasuh PP Al-Qodiri).
Kalimat diatas, terdapat di berbagai spot di PP Al-Qodiri, baik di masjid, sekolah, dan di tempat umum lainnya. Hal tersebut menunjukan pentingnya kalimat tersebut untuk dijadikan prinsip oleh santri Al-Qodiri maupun Jamaah Manaqib. Ketika kita menelaah secara cermat “Kemulian bukan diperoleh dari keturunan”, apabila sebuah kemulian ditentukan oleh keturunan, maka banyak keturunan yang bergaris dari Kiai akan mulia pula, namun bagaimana sebaliknya, jika dengan garis keturunan buruh tani, buruh pabrik, dan buruh lainnya, maka anaknya tidak akan pernah mulia.
Pada waktu Majelis Taklim, Kiai menjelaskan tentang Prinsipnya, yakni Kemulian bukan diperoleh dari keturunan, akan tetapi diperoleh melalui jerih payah diri sendiri bahwa di pondok pesantren Al Qodiri bahkan di masyarakat umum tidak ada yang berstatus mulia, tanpa sebuah tanggung jawab untuk menjadi mulia karena usaha diri sendiri. oleh sebab itu, Kiai memandang semua santri sama, meskipun anak dari pejabat tinggi, pengusaha dan buruh tani, namun kiai hanya melihat ketaatan dan kebermanfaatan kepada orang lain. Pendapat kiai ini, linier dengan pendapat Bill Gates “Jika engkau terlahir miskin itu bukan salahmu, tapi jika engkau mati miskin itu salahmu” artinya ketika kita terlahir di orang tua yang tidak berkecukupan itu bukan salah diri sendiri, itu sebuah ketetapan dari yang Maha Kuasa, namun ketika kita menjalani hidup sampai akhir hayat kita. Kita dalam keadaan miskin maka itu salah kita, dikarenakan kita telah diberi kesempatan seperti kemampuan luar biasa yang ada pada diri manusia, dan kebaikan dari yang Maha Kuasa namun kita tidak mampu memanfaatkan potensi tersebut, akhirnya kita meninggal dalam keadaan miskin.
Sepenggal kalimat selanjutnya, kemulian ditentukan oleh jerih payah diri sendiri. kalimat tersebut menyiaratkan bahwa masing-masing individu baik santri maupun jama’ah manaqib memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kemulian yang diberikan oleh Allah SWT hanya saja ditentukan seberapa besar dan sungguh-sungguh ibadah kita dan ketaatan kita.
.