masukkan script iklan disini
MENGENAL LEBIH JAUH TENTANG MUROQOBAH
Oleh : Fikri Farikhin,M.Pd.I
Kalau dalam bab "kedudukan ilmu tasawwuf" diterangkan bahwa tingkat kesempurnaan iman seseorang baru akan dicapai ketika dia melaksanakan "Ihsan", maka sesungguhnya tingkatan muroqobah ini bersumber dari ajaran ihsan tersebut. Kalau ihsan yang oleh Nabi diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang ketika beribadah seakan-akan dia melihat Tuhan, atau kalau tidak bisa seperti itu dia harus punya keyakinan bahwa Tuhan pasti melihatnya, maka ajarang muroqobah sesungguhnya mengambil bagian dari intisari ajaran ihsan tersebut, yaitu tentang pengawasan Tuhan terhadap manusia.
Terhadap masalah muroqobah, Sayyid Husen Nasr menyebutkan bahwa Abu Nasr Al-Sarraj dalam "Kitab Al-luma' " menyebutkan ada sepuluh tingkatan jiwa (ahwal) yang ternyata menduduki urutan pertama adalah muroqobah. Apakah muroqobah itu?
A. Pengertian Muroqobah
Secara harfiyah muroqobah bisa diartikan : awas-mengawasi, atau berintai-intaian. Sementara itu muroqobah dalam pandangan tasawwuf barangkali bisa merujuk pada dua definisi berikut :
1. Menurut Al-Qusyairi dalam "Arrisalah Al-Qusyairiyyah" mengartikan muroqobah :
"Almurooqobatu 'ilmul 'abdi bitthilaangirrobbi subhaanahu wa ta'ala"
artinya : Muroqobah adalah bahwa hamba tahu sepenuhnya bahwa Tuhan selalu melihatnya."
2. Menurut Abdul Aziz Ad-Darainy "Thoharatul Qulub" menyebutkan bahwa muroqobah adalah :
"Al'ilmu biannallaaha yasma'u wa ya'lamu wa yaroo" artinya : Tahu bahwa Sesungguhnya Allah mendengar, mengetahui dan melihat."
Dari kedua definisi tersebut, satu kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa muroqobah ialah suatu keadaan seseorang yang meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi manusia.