masukkan script iklan disini
GURUKU YANG GAK PINTER DAN ANGKUH
Aku pernah punya guru. Guru ku baik sekali dimataku. Dimata orang lain juga baik. Namun tak sedikit juga yang membencinya. Aku tak tau entah kenapa mereka membencinya. Ataukah memang guruku salah? Ataukah kebencian mereka hanya sebatas karena mereka kalah tenar dengan guruku. Ah entahlah, aku gak mua ribet masalah hal yang seperti itu. Yang aku pegang teguh adalah dawuh kiaiku di jember, dawuh beliau seperti ini : ketika ada seribu orang mencintaimu, ada seribu orang pula yang tak menyukaimu. Lantas apa dengan mereka tak menyukaimu sehingga menyurutkan engkau untuk berhenti melakukan aktifitas seperti sebelumnya. Tentu tidak. Adalah sebuah kebodohan yang besar jika engkau melakukan itu. Jika memang jalan yang engkau ambil memang benar-benar adalah tidak keluar dari koridor-koridor agama. Lakukan saja. Karena ketika kita menginginkan rasa cinta seratus persen dari semua manusia, hal itu hanya ada di negeri dongeng, dalam dunia nyata, yang ada hanyalah cinta dan kebencian. Ia berbanding lurus.
Dari dawuh kiaiku ini, menjadi pedomanku. Aku tetap diam kendati mereka melakukan “mocking” terhadap guruku ini. Aku biarkan mereka melakukan mocking terhadap guruku ini, aku ingin tahu sejauh mana merek melakukan mocking tersebut.
“gurumu tidak pinter.”
“ya gak pinter, ilmunya kurang. Ilmunya sedikit.tapi meskipun ilmunya sedikit, ia mau mengamalkan semua ilmunya,luar biasa gurumu. Gak pinter, tapi ta’dzimnya terhadap guru-gurunya luar biasa. Bahkan cara menghormati kepada putra-putranya gurunya menurut saya sama dengan ia menghormat pada gurunya. Ia benar-benar mengamalkan kitab ta’limul muta’allim. “
Ow, ini to ternyata maksudnya. Memang sekarang banyak orang berilmu namun bajingannya minta ampun. Di atas sana, di kursi pemerintahan, yang memegang tampuk pemerintahan sekarang ini, yang pintar gak sedikit, namun yang brengsek juga gak sedikit. Ini mungkin salah satu contoh yang banya ilmu namun ilmunya tak diamalkan. Jadi ingat kata-kata Al’ilmu bila ‘amalin kasyajarin bila stamarin.
Akhirnya yang aku dapat, biarkanlah guruku gak pintar, tapi ia mau mengamalkan ilmunya. Menurut sya itu lebih baik. Terima kasih guru, engkau telah mengajakanku untuk tak hanya mengejar ilmu semata, namun juga mengajarkanku untuk selalu mengamalkan ilmu yang telah aku punya.
Lalu ada juga yang mengatakan bahwa guruku itu angkuh. Aku dengar itu, aku diamkan juga, apa sebenarnya yang dimaksud angkuh itu.
“ankuh gimana pak ?” tanyaku.
“gurumu itu kalo sudah wiridan gak mau ada seorang pun yang mengganggu. Angkuhnya minta ampun. Kalo sudah wiridan, disampingnya ia siapkan golok dan clurit. Kalo ada teman atau orang lain yang mengganggunya, ia tak segan-segan untuk mengajak carok dan main golok.
Ow gitu maksudnya, intinya sebenarnya kalah saing. Dan dengan jawaban itu, aku semakin bangga pada guruku ini. Tak salah aku memilihnya menjadi guruku. Aku bangga bisa menjadi muridnya. Semakin bangga aku menjadi muridnya.
Biarkan mereka mengatakan gak pinter, biarkan mereka mengatakan angkuh, aku tetap bangga padanya. Semoga egkau selalu diberi kesehatan dan panjang umur. Amin.