masukkan script iklan disini
Oleh :
Abu Tholib
[Alumnus PP Al-Qodiri 1 Jember & Pendiri dan direktur English Camp of Al-Qodiri Cabang 3]
(Sebaik-baiknya Manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain)
Hadist Nabi
Apa yang anda pikirkan tentang judul ini?
Apa anda terpikir tentang Santri yang berasal dari wilayah timur, papua, lombok, dan daerah lainnya. Apa yang anda pikirkan seperti itu?. Atau anda terpikirkan tentang matahari yang terbit dari sebelah timur. Kalau anda berpikir seperti itu, maka anda berpikir secara umum atau berpikir secara kebanyakan orang berpikir. Lalu apa esensi sebenarnya dari “Santri dari Ufuk Timur”
Santri dari Ufuk Timur, terinspirasi dari gagasan penulis fenomenal Tere-Liye tentang idealnya seseorang memandang dengan cara pandang yang berbeda dan pandangan baru daripada kebanyakan orang. Apabila kebanyakan orang berpikir bahwa Santri dari Ufuk Timur, berasal dari wilayah timur. Maka saya tidak akan mengatakan seperti itu, karena buat apa saya menulis ini-itu, kalau anda sudah mngetahuinya. Lalu apa sebanarnya dari esensi ini?
Santri Dari Ufuk Timur berarti santri yang selalu dinanti oleh teman-temannya, disenangi oleh gurunya, dan dirindukan oleh bidadari yang berada di langit suci sana. Ia selalu mengayomi, menasehati, melakukan sesuai syariat Islami dan mengajarkan tanpa menggurui, itulah ia. Tanpa kedatangannya suasana menjadi gersang seperti gurun pasir yang jarang tersentuh embun hujan. Ia seperti mentari yang dinanti oleh siapapun, kedatangannya membuat hati bahagia, dan ingin selalu tersenyum tulus menyambutnya.
Kisah Santri dari Ufuk Timur, terinspirasi dari pengalaman penulis dan teman-teman ketika mondok di Al-Qodiri 1 Jember. Perjalanan kisah tentang sebuah pengorbanan santri untuk mendalami agama karena panggilan Ilahi. “Kalau bukan ia, siapa lagi, kalau bukan santri, siapa lagi, kalau bukan sekarang, kapan lagi”. Kisah tentang Perjuangan santri untuk bisa mondok di Al-Qodiri, dengan keraguan yang besar dari ayahnya. Keraguan yang muncul karena masalah sepele, tapi essensial. “Masalah biaya hidup, masalah biaya sekolah, karena ia takut terhenti di tengah jalan”. Lalu, Apakah mampu seorang ayah yang hanya bekerja sebagai buruh bangun, menyekolahkannnya sampai ke perguruan tinggi?, Bagaimana dengan Ibu-nya? Apakah ia berberat hati meninggalkan anaknya di pondok yang telah lama hidup bersamanya?. Bagaimana dengan kakaknya? Yang baru tamat dari SMK? Apakah ia mampu mendapatkan pekerjaan, sedangkan persaingan mendapatkan pekerjaan begitu sulit.
Kisah ini dimaksud-kan untuk menjadi inspirasi bagi anak-anak, orang tua khsuusnya. Untuk menjadikan mondok sebagai prioritas pilihan utama dalam kehidupan anaknya, bukan sebuah solusi untuk memenjarakan anaknya. Pondok menjadi Garda terdepan dalam membentuk Akhlak terpuji dengan kecerdasan murni dari Sang Ilahi.
Kisah ke-1, nantikan kisah selanjutnya, dan dapatkan hikmah dari ceritanya