masukkan script iklan disini
Oleh: Fikri Farikhin, M.Pd.I
Menurut kiai Muzakki, Al-Qur'an menyebut kata ikhlas sebanyak 17 kali yang secara umum dapat diartikan sebagai beramal semata-mata karena Allah swt.
Imam al-Ghazali pernah menjelaskan bahwa ikhlas itu adalah melakukan sesuatu lillah, dan pada lillah terdapat tiga macam makna, yakni karena Allah (lam sebab), kepunyaan Allah (lam milik) dan untuk Allah (lam tujuan), dalam kamus bahasa Indonesia ikhlas berarti memberikan atau merelakan sesuatu dengan hati yang benar-benar tulus dan jujur.
Ikhlas digambarkan secara manis dalam doa iftitah "sesungguhnya sholatku, pengorbananku, hidupku dan matiku semata-mata lillahi robbil alamin".
Lawan dari ikhlas adalah riya' yakni melakukan sesuatu lighairillah. Ali bin Abi Thalib ra, menyebutkan tanda-tanda orang riya' adalah malas bila beribadah sendirian, rajin bila beribadah di depan orang banyak, bertambah amalnya jika disanjung dan berkurang amalnya jika tidak ada yang memujinya.
Dalam hadits qudsi diceritakan, ada tiga jenis orang yang oleh Allah dimasukkan neraka, pertama, orang yang membaca al-Qur'an siang dan malam, ke-dua, orang yang selalu mengajak berjuang, ke-tiga, orang yang menginfakkan hartanya. Nabi saw. heran, kenapa mereka dimasukkan neraka? Allah swt. kemudian memberitahukan bahwa amal yang mereka lakukan bukan lillah tetapi linnas dan lighairillah, orang pertama dimasukkan neraka karena ingin disebut qori' yang fasih, orang kedua ingin disebut pejuang yang pemberani dan orang ketiga ingin disebut dermawan.
Dalam riwayat yang lain disebutkan, Allah memasukkan tiga macam orang yang pergi haji ke dalam neraka, mereka adalah pejabat, pedagang dan ulama' Nabi saw. bertanya, kenapa mereka? Allah menjelaskan, bahwa amal yang mereka lakukan bukan lillah. Si pejabat pergi haji hanya untuk pesiar, si pedagang pergi haji hanya untuk berniaga, dan si ulama' pergi haji hanya untuk kebanggaan.
Suatu ketika nabi saw. menangis tersedu-sedu, para sahabat bertanya, ya Rasulallah apa gerangan yang membuat anda menangis, nabi saw. berkata, "saya cemas memikirkan kemusyrikan yang akan menimpa umatku kelak, mereka memang tidak menyembah berhala tetapi mereka riya' dengan amal-amal mereka, hendaklah kalian berhati-hati terhadap jebakan setan, sebab setan dapat memalsu amal yang riya' sebagai amal yang ikhlas".
Maka bila ada seseorang yang ketika menjadi imam sholat, ia memilih membaca ayat-ayat yang panjang dengan tajwid dan tartil yang difasih-fasihkan, ia rukuk dan sujud sangat tertib, tetapi berbeda ketika sholat sendirian (munfarid) ia memilih membaca surat yang pendek dengan tergesa-gesa dan tidak tuma'ninah, berarti ia tidak ikhlas.
Kiai Muzakki mempunyai pandangan yang unik tentang konsep ikhlas, menurut beliau ikhlas itu tidak untuk diwacanakan tetapi diamalkan, dan yang paling tahu apakah seseorang beramal dengan ikhlas atau tidak adalah dirinya sendiri. Bagi saya.... kata beliau, ikhlas itu adalah tarkul ikhlas dan riya' adalah tarkur riya'.
Artinya kalau seseorang berbuat sesuatu hanya agar disebut ikhlas maka itu tidak ikhlas. Sama seperti riya', jika seseorang berbuat sesuatu hanya agar disebut tidak riya' maka itu riya', juga seseorang yang meninggalkan sesuatu hanya karena khawatir disebut riya' maka itupun riya'.
Intinya, bagi saya ikhlas itu tidka usah difikir dan tidak usah menghiraukan anggapan orang lain, yang penting jalan lillah, sebab kalau masih difikir dan menghiraukan anggapan orang lain berarti itu masuk ligharillah. Jadi sekali lagi, al-ikhlas tarkul ikhlas dan ar-riya' tarkur riya'.
Disarikan dari buku :Mutiara ditengah Samudera.