masukkan script iklan disini
Tiada mendung yang tidak akan hilang
Tidak ada hujan yang tidak akan terang, dan
Tidak ada air mata yang tidak akan berhenti.
Kata hikmah itulah yang menyulut semangat para jamaah dan santri saat sang imam besar manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Ra. memberikan tausyiah kepada para jamaah pada pelaksanaan manaqib malam jumat 15/12 kemarin. Pada saat itu jamaah yang mengikuti acara rutinan tersebut hening dan khidmat mendengarkan tausyiah Kh. Ach. Muzakki Syah. Kh. Muzakki menjelaskan tentang kegagalan dalam hal apapun itu merupakan ujian dari Allah Swt. dan jangan sampai menyalahkan orang lain. Karena apabila menyalahkan orang lain itu akan menambah dosa. Oleh karena hal itu adalah ujian dari Allah Swt. maka anjuran Kh. Muzakki untuk segera ditobati dengan riyadah selama satu minggu (tujuh hari) dengan mengamalkan puasa fatehah atau mengamalkan bacaan Lailaha Illa Anta Subhanaka Inny Kuntu Minaddzalimin sebanyak 4000 (empat ribu kali) bahkan jika kuat sebanyak 10.000 (sepuluh ribu kali).
Itulah rangkaian amalan yang harus dilakukan oleh orang yang akan melaksanakan riyadlah dan dianjurkan untuk menetap dipesantren dengan tujuan tetap terpantau oleh Kiai. Selama ini telah banyak jamaah yang melaksanakan riyadlah. Lamanya juga beragam, ada yang tujuh hari, sebulan, bahkan ada yang bertahun-tahun disini riyadlah sambil lalu mengabdi kepada pesantren.
Karena untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan untuk harus susah dulu, harus melarat dulu. Sesuai dengan apa yang didawuhkan Kh. Ach. Muzakki Syah dalam kata hikmahnya.
Kemulyaan tidak didapatkan dengan keturunan, melainkan
Kemulyaan didapatkan dengan usaha susah payah.
Ditulis oleh Syamsuri El-Ya'quby